Wednesday, August 11, 2021

Corona Merajalela, Daya Saing Ekonomi RI Masih Bisa Digenjot? | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo  -   

Kasus COVID-19 varian delta membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi turun lagi. Tak hanya Indonesia, pertumbuhan perekonomian global pun turut dikoreksi oleh IMF menjadi 6% untuk dunia dan Indonesia 3,9%.

Lalu bisakah meningkatkan daya saing ekonomi di tengah pandemi COVID-19?

Peneliti Institute fo Development on Economics and Finance (Indef) Eisha Rachbini mengatakan, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan. Menurutnya, saat ini yang paling penting yaitu mengatasi krisis kesehatan.

"Hal yang paling penting adalah mengatasi krisis Kesehatan, menekan angka penyebaran COVID-19 dan meningkatkan cakupan vaksinasi juga mempercepat vaksinasi. Kegiatan ekonomi tidak dapat berjalan tanpa menyelesaikan pandemi COVID-19," kata Eisha dalam keterangannya, Rabu (11/8/2021).

Dia mengatakan, selain mengatasi krisis kesehatannya, agar daya saing ekonomi tetap terjaga maka ekspor produk bernilai tambah tinggi harus ditingkatkan. Hal tersebut, kata dia, menjadi penopang sumber pertumbuhan ekonomi saat pandemi.

"Ekspor Non-migas selalu menyokong neraca perdagangan yang positif, termasuk saat pandemic, di mana neraca perdagangan positif dan meningkat di tahun 2020, karena penurunan impor lebih besar dibandingkan penurunan ekspor. Meningkatkan produksi komoditas ekspor dari industri pengolahan, dimana ekspor dari sektor industri pengolahan tumbuh 2.9% ditahun 2020," jelasnya.

Selain itu, sumber pertumbuhan ekspor non migas tersebut didukung oleh subsektor industri makanan, industri logam dasar juga masih tumbuh di saat pandemi. Lebih jauh lagi, hilirisasi harus dilakukan untuk produksi industri yang berbasis SDA.

"Pertumbuhan Ekspor Non-migas didorong oleh Komoditas berbasis sumber daya alam. Seperti Minyak Kelapa Sawit tumbuh 60% (y.o.y) dan besi-baja tumbuh 18% (y.o.y) pada bulan Januari, 2021. Hilirisasi produk industri menciptakan nilai tambah produk dan nilai ekspor, dibutuhkan investasi di sektor industri untuk mendukung hiliriasi produk berbasis sumber daya alam," imbuhnya.

Yang tak kalah penting, UMKM dan industri kecil perlu tetap didorong meskipun di tengah pandemi COVID-19. Utamanya, agar UMKM dapat masuk ke pasar ekspor. Sejauh ini, kata dia, ekspor non migas UMKM masih didominasi oleh sektor industri pengolahan terdiri dari subsektor industri pengolahan makanan, industri logam dasar, industri transportasi, mesin dan peralatan, juga industri kimia.

"Ekspor nonmigas yang diproduksi subsektor tersebut saat ini masih bisa tumbuh di kala pandemi, misalnya industri pengolahan makanan tumbuh 13.86% (2020), industri logam dasar tumbuh 32.67% (2020). Sehingga, UMKM di subsector tersebut berpotensi untuk masuk ekspansi ekspor," tutur Eisha.



Sumber: Finance.detik
PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment