Tuesday, April 26, 2022

Menerka Kinerja Saham Emiten CPO Setelah Jokowi Larang Ekspor | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo    -   Harga saham perusahaan produsen minyak kelapa sawit berguguran. Salah satu penyebabnya disebut karena adanya larangan sementara ekspor sawit yang diterbitkan oleh pemerintah.

Memang, beberapa hari lalu Presiden Joko Widodo menerbitkan aturan larangan tersebut agar ketersediaan minyak sawit di dalam negeri bisa terpenuhi. Larangan ini akan berlaku pada 28 April 2022 mendatang.

Nah larangan ini juga menyebabkan harga saham produsen sawit bertengger di zona merah. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan hal ini menimbulkan sentimen negatif untuk emiten produsen sawit.


"Tapi berkaca pada larang ekspor batubara sebelumnya,larangan ini bersifat sementara," kata dia saat dihubungi detikcom, Senin (25/4/2022).


Dia menyebut bila nanti sudah ada kejelasan tentang bagaimana ekspor bisa dibuka kembali maka harga saham CPO bisa menguat lagi.

Kondisi ini juga tergantung dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. "Pemerintah punya kepentingan harga minyak goreng dalam negeri stabil," jelas dia.

Founder LBP Institute Lucky Bayu Purnomo menjelaskan sebenarnya kebijakan larangan ekspor hanya salah satu kontributor yang membuat saham merosot. "Hanya salah satu penyebab, tapi kebijakan itu kan sebenarnya untuk mengamankan pasokan di dalam negeri," imbuh dia.

Menurut Lucky, ke depan proyeksi saham-saham emiten produsen sawit ini akan membaik. Sejalan dengan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri dan terkendalinya harga serta pasokan.

Dikutip dari RTI harga saham PT Dharma Satya Nusantara (DSNG) kemarin ditutup pada level Rp 605, turun 40 poin atau 6,2% dibanding penutupan sebelumnya Rp 645.
Kemudian PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) juga mengalami penurunan. Saham CSRA ditutup pada level Rp 700 turun sekitar 6,67% dibandingkan periode penutupan sebelumnya.

Lalu PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) juga tercatat mengalami penurunan. Harga saham TAPG ditutup di level Rp 605 turun 6,92% atau 45 poin dibandingkan periode penutupan sebelumnya Rp 650.


Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pun tak luput dari sentimen negatif ini. Tercatat harga saham AALI ditutup di level Rp 12.250 per lembar atau turun 900 poin atau 6,84% dibandingkan penutupan sebelumnya Rp 13.150.

Risiko Larang Ekspor
Ekonom senior dan Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam menilai kebijakan tersebut menurutnya tidak akan efektif menurunkan harga minyak goreng yang masih menjadi polemik.
"Saya memperkirakan kebijakan ini tidak akan menurunkan harga secara tajam. Harga minyak tetap akan mahal karena harga global memang mahal. Kalaupun ada penurunan tidak akan besar," tuturnya.

Malah menurut Piter kebijakan pelarangan ekspor CPO berpotensi menimbulkan over kill. Maksudnya RI sebagai negara produsen dan eksportir terbesat CPO akan kehilangan potensi ekspor yang besar.


"Kebijakan ini menurut saya berpotensi over kill. Dengan kebijakan ini kita kehilangan potensi ekspor yang cukup besar. Sementara dampaknya tidak akan signifikan," terangnya.

Di sisi lain menurut Piter dampak negatif kebijakan ini akan lebih banyak dirasakan oleh para petani sawit dan pengusaha CPO kelas menengah bawah. Sebab mereka tidak bisa menyimpan hasil produksi karena keterbatasan alat.

Sementara para pengusaha CPO besar memiliki fasilitas penyimpanan yang mumpuni. Meski kehilangan potensi pendapatan, setidaknya mereka masih bisa bertahan.

"Apabila kebijakan ini dilakukan dalam jangka panjang mereka (petani dan pengusaha CPO menengah) yang akan sangat terpukul mengalami kerugian besar. Dan saya yakin akan muncul kegaduhan," ucapnya.

Sumber : Finance.detik

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment