Monday, January 8, 2024

Berburu Saham-Saham BUMN dengan Volume Perdagangan Tebal 2024 di Bursa Efek Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pasar saham perdana 2024 dengan cukup meyakinkan karena berhasil membukukan rekor melalui kenaikan 0,7% ke level 7.323,58, dari rekor sebelumnya 7.318,01 pada 13 September 2022. 

Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dibuka perdana oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, selasa (2/1/2024), juga berhasil membukukan rekor kapitalisasi pasar sebesar Rp11.768 triliun, dari rekor sebelumnya sebesar Rp11.762 triliun pada 28 Desember 2023. Sayangnya, selang sehari kemudian IHSG justru terkoreksi ke level 7.279. Namun kemudian pada hari ketiga perdagangan (Kamis, 4 Januari), IHSG kembali menorehkan rekor baru ke level 7.359. Selanjutnya, pada penutupan perdagangan, Jumat (5/1/2024), IHSG kembali parkir di zona merah ke level 7.350. Artinya, dalam sepekan perdana 2024, IHSG hanya menghijau 0,64%.

 Adapun, pada 2024, BEI optimistis dapat mencapai target yang lebih tinggi dibandingkan dengan 2023, seperti misalnya target peningkatan likuiditas perdagangan sebesar Rp12,25 triliun, 230 pencatatan efek baru, dan penambahan 2 juta investor baru. Selain itu pada 2024, BEI rencananya akan meluncurkan Single Stock Futures sebagai alternatif investasi baru dan Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) Repo untuk memberikan layanan yang lebih optimal kepada stakeholders pasar modal Indonesia. 

Sedikit kilas balik, pasar modal Indonesia pada 2023 tidak hanya mencatatkan berbagai pencapaian dari sisi supply serta demand, tetapi juga dari aktivitas perdagangan. Dari sisi supply, jumlah perusahaan tercatat di BEI telah melampaui angka 900 pada 8 November 2023 lalu, dan sampai dengan saat ini terdapat 903 perusahaan yang saham tercatat di lantai bursa.

 Berdasarkan laporan EY Global IPO Trends 2023, BEI menduduki peringkat ke-6 dari segi jumlah Initial Public Offering (IPO), serta peringkat ke-9 dari segi total fund-raised di antara bursa-bursa global. Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp126,97 triliun. Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada 2023 ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, di mana IHSG mampu tumbuh secara positif atau meningkat 6,62% ke level 7.303,89. 

Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada 2023 tercatat Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,8 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali. Selain rekor kapitalisasi pasar pada 2023, BEI juga berhasil membukukan rekor lain dari sisi volume transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar 89 miliar lembar saham pada 31 Mei 2023. 

Pencapaian positif tersebut tecermin dari meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi dan reksa dana tercatat meningkat 1,85 juta investor menjadi 12,16 juta investor. 

Sementara itu, khusus untuk investor saham, terdapat peningkatan 811 ribu investor saham menjadi 5,25 juta investor saham. Partisipasi investor ritel pun masih memiliki porsi transaksi tertinggi pada 2023 dengan diikuti meningkatnya partisipasi dari kalangan investor institusi. Manfaat Volume Perdagangan Saham Berdasarkan pergerakan IHSG dalam empat hari perdagangan pada pekan perdana 2024, di mana indeks sempat dua kali memperbarui rekor, tetapi juga dua kali parkir di zona merah, tentu sulit untuk melihat tren ke  depannya. Bagi investor yang hendak mengocok ulang daftar portofolio pada 2024 tentu juga akan kesulitan untuk memilih saham-saham mana yang sebenarnya sedang diakumulasi oleh investor institusi di saat IHSG seolah bergerak sideways. 

Meski demikian, secara historis, sebenarnya tak sedikit saham-saham yang volume perdagangannya meningkat cukup meyakinkan saat indeks bergerak ragu-ragu. Aktivitas dan volatilitas sejumlah saham-saham tersebut dapat dilihat dari volume perdagangan saham. Satuan volume dinyatakan dalam lot, di mana 1 lot setara dengan 100 saham. 

Mengacu pada data statistik Bursa Efek Indonesia, dalam transaksi perdagangan Jumat (5/1/2024), ada 10 saham yang mencatatkan volume jual beli tertinggi. Namun, tak satupun merupakan emiten BUMN yang jumlahnya mencapai 20 emiten di Bursa Efek Indonesia. 

Berdasarkan data BEI, saham dengan total volume perdagangan terbesar pada perdagangan Jumat (5/1/2024) adalah STRK dengan catatan 2,46 miliar lembar saham, disusul ASLI (1,95 miliar lembar), GOTO (1,89 miliar lembar), CARE (765 juta lembar), dan BUMI (496 juta lembar). 

Selanjutnya, BIPI membukukan total volume perdagangan 444 juta lembar, KOKA (341 juta lembar), NATO (331 juta lembar), FUJI (260 juta lembar), dan DOOH (254 juta lembar). Adapun, volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan dalam periode tertentu. Makin besar volume perdagangan, kian aktif saham tersebut diperdagangkan.

 Volume perdagangan juga memiliki kaitan dengan frekuensi perdagangan. Nah, volume transaksi perdagangan saham bisa dijadikan sebagai ukuran likuid atau tidaknya sebuah saham. 

Makin besar volume, maka saham tersebut semakin likuid dalam perdagangan. Volume transaksi yang tinggi menunjukkan saham yang bersangkutan ramai ditransaksikan, baik posisi beli maupun jual. Likuiditas saham perlu menjadi perhatian karena tentu investor tak ingin kesulitan jika ingin memperdagangkan kembali sahamnya di lantai bursa. Apalagi, saham yang tidak likuid atau tidak memiliki volume dan lazim disebut sebagai saham zombie, harga sahamnya juga tidak akan kemana-mana. 

Laman Investopedia menyebutkan volume perdagangan saham dapat membantu investor untuk memperkuat pengambilan keputusan dalam bertransaksi di pasar saham. Volume perdagangan saham dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kekuatan pasar karena pergerakan harga, baik turun atau naik, seperti gelombang dan setiap gelombangnya memiliki volume tertentu.  

 Kenaikan harga saham yang signifikan bersamaan dengan peningkatan volume yang signifikan, misalnya, dipercaya sebagai sinyal berlanjutnya tren bullish. Sebaliknya, penurunan harga yang signifikan disertai dengan peningkatan volume yang signifikan dapat menunjukkan berlanjutnya tren bearish. Untuk itu, penting untuk mencermatinya apakah volume saham tersebut lebih banyak didorong oleh aksi beli atau jual. 

Yang paling ideal tentunya adalah volume transaksi yang tinggi diikuti oleh aksi beli bersih (bukan jual) sehingga mengerek harga saham. Meski analisis volume transaksi saham dapat berguna untuk menganalisis pergerakan harga, volume kenaikan tidak boleh diandalkan sebagai satu-satunya indikator untuk membuat keputusan perdagangan. 

Volume transaksi saham harus dikonfirmasi atau diperkaya diperkaya dengan sejumlah indikator dan valuasi  lainnya. Lebih ideal lagi jika price breakout, baik support maupun resistance, karena investor dapat mengambil dan menentukan posisi apakah jual atau beli (sesuai trading plan masing-masing investor). 

Sebagai catatan, saat IHSG parkir di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu, saham-saham lapis kedua dan ketiga ternyata mewarnai 10 saham dengan volume tertinggi di lantai bursa. Sebelum mencermati volume perdagangan saham, perlu kiranya untuk memperhatikan data mengenai volume perdagangan saham itu sendiri, yaitu total volume dan volume riil.

 Berikut adalah ilustrasinya: Ilustrasi 1 2 Investor Saham (Agus dan Bagus) Transaksi 

1: Agus beli 1.000 saham STRK dan Bagus jual 1.000 saham STRK Volumenya = 1.000 lembar saham Transaksi 

2: Agus jual 700 saham STRK dan Bagus beli 700 saham STRK Volumenya: 700 Artinya Total volume adalah 1.000 + 700 = 1.700 lembar saham (170 lot) Volume riil adalah 1.000 – 700 = 300 lembar saham (30 lot)   Ilustrasi 2 3 Investor Saham (Agus, Bagus, Cakep) Transaksi 

1: Agus beli 1.000 saham STRK dan Bagus jual 1.000 saham STRK Volumenya = 1.000 lembar saham Transaksi

2: Agus jual 700 saham STRK dan Cakep beli 700 saham STRK Volumenya: 700 Artinya Total volume adalah 1.000 + 700 = 1.700 lembar saham (170 lot) Volume riil: Agus beli 300 lembar saham STRK Bagus jual 1.000 saham STRK dan Cakep beli 700 saham STRK Jadi Agus dan Cakep beli 1.000 saham STRK dan Bagus jual 1.000 saham STRK. Volume riil adalah 1.000 lembar saham (100 lot) Berdasarkan ilustrasi di atas, maka total volume mencakup seluruh volume saham yang diperdagangkan pada satu periode waktu tertentu, sedangkan volume riil dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang minat dan partisipasi investor yang terlibat secara aktif dalam perdagangan saham. 

Volume Perdagangan Saham-Saham BUMN Berdasarkan data Terminal Bloomberg, Jumat (5/1/2024), lima emiten BUMN dalam indeks IDXBUMN yang membukukan volume perdagangan terbesar adalah BBRI dengan volume riil 95,74 juta lembar saham, disusul BRIS (80,83 juta lembar saham), BMRI (79,62 juta lembar saham), PGAS (56,31 juta lembar saham), dan BBTN (50,91 juta lembar saham). Sementara itu, secara total volume perdagangan, berdasarkan data RTI maupun tradingview.com, total volume perdagangan BBRI sebanyak 134,93 juta lembar saham, BRIS (90,67 juta lembar saham), BMRI (114,33 juta lembar saham), PGAS (63,28 juta lembar saham), dan BBTN (56,42 juta lembar saham). 

Nah, Selanjutnya, jika merujuk data Terminal Bloomberg, dari 20 emiten perusahaan pelat merah, sebagian ternyata membukukan kenaikan volume perdagangan. A Flourish table Kenaikan volume perdagangan mengacu pada volume perdagangan riil (berdasarkan data Terminal Bloomberg) pada Jumat (5/1/2024) dibandingkan dengan rata-rata volume perdagangan selama 4 hari perdagangan terakhir atau year to date (lihat table flourish). Dari total 20 emiten BUMN, ada 9 saham yang membukukan kenaikan volume perdagangan pada Jumat (5/1/2024) dibandingkan dengan rata-rata volume perdagangan dalam 4 hari perdagangan terakhir (year to date/ytd). 

Saham-saham tersebut adalah BRIS, BMRI, PGAS, BBTN, BBNI, TLKM, JSMR, SMGR, dan BJBR. Dari 9 daftar emiten itu, hanya ada 6 saham yang diikuti dengan kenaikan harga saham secara year to date (persen perubahan), yaitu BRIS, BMRI, PGAS, BBTN, BBNI, dan BJBR. Perlu diperhatikan bahwa ketika harga saham naik dan diikuti dengan peningkatan volume perdagangan saham, maka ini menunjukkan adanya tren kenaikan yang baik. Sebaliknya, ketika harga saham turun dan diikuti dengan penurunan volume perdagangan menunjukkan adanya tren penurunan.

 Dari 6 saham yang membukukan kenaikan volume perdagangan pada Jumat (5/1/2024) dibandingkan dengan rata-rata volume perdagangan dalam 4 hari perdagangan terakhir (year to date/ytd) dan juga membukakan kenaikan harga saham secara year to date (persen perubahan), maka hanya ada 4 saham yang membukukan kenaikan volume perdagangan solid atau cukup tebal, yaitu BRIS, BMRI, PGAS, dan BBTN. 

Selanjutnya, dari 4 saham tersebut, hanya ada BRIS yang kenaikan volume perdagangannya dan kenaikan harganya cukup meyakinkan. Bahkan kalau dilihat dari rata-rata volume perdagangan dalam 20 hari terakhir dibandingkan dengan volume perdagangan pada penutupan akhir pekan lalu juga tampak meyakinkan. Untuk mengkonfirmasinya, tentu pembaca perlu memastikannya dengan indikator lainnya, misalnya RSI sebagai contoh. 

Laman IDX menjelaskan Relative Strength Index (RSI) adalah indikator yang digunakan untuk menentukan apakah suatu saham berada di area overbought atau oversold. 

Ketika saham overbought atau jenuh beli artinya saham sudah terlalu banyak pembelinya sehingga harga meningkat dan telah mencapai titik jenuhnya yang menyebabkan investor banyak melakukan aksi jual. Dapat dikatakan jika saham overbought maka membawa sinyal jual dan ketika saham oversold maka membawa sinyal sell.  

RSI memiliki skala dari 0 hingga 100, di mana ketika garis berada di atas skala 70, overbought terjadi, sedangkan oversold terjadi ketika garis berada di bawah skala 30. Berdasarkan data BEI, pada perdagangan Jumat (5/1/2024), harga saham BRIS berayun dari level terendah Rp1.885 hingga level tertinggi Rp1.955 dan kemudian ditutup di level Rp1.900. 

Total volume perdagangannya tercatat 90,67 juta dan volume riilnya 80,83 juta dengan nilai perdagangan Rp173,67 miliar. Volume pembelian asing di saham BRIS tercatat sebanyak 30,71 juta, sedangkan penjualannya 20,94 juta. Dengan demikian, volume beli bersih investor asing di saham BRIS masih sebanyak 9,77 juta saham atau senilai Rp18,57 miliar.

Sumber :

No comments:

Post a Comment