Wednesday, July 1, 2020

China Paksa Warga Uighur Aborsi dan Sterilisasi Agar Jumlahnya Berkurang




PT Rifan Financindo  -  Pemerintah China dilaporkan mengambil tindakan keras untuk mengurangi pertumbuhan penduduk suku Uighur dan kelompok minoritas lainnya. Caranya dengan membatasi jumlah kelahiran, sementara menganjurkan penduduk suku mayoritas Han memiliki anak lebih banyak.

Kebijakan KB Paksa di Xinjiang
  • Aborsi paksa dan sterilisasi membuat tingkat kelahiran di daerah mayoritas Uighur menurun tajam
  • Amerika Serikat mengecam kebijakan pembatasan kelahiran di Xinjiang
  • Beberapa pakar mengatakan langkah ini sebagai bukti terbaru melakukan genosida warga Uighur
Hasil dari penyelidikan kantor berita Associated Press (AP), dengan mengkaji data dari pemerintah China dan mewawancarai lebih dari 30 orang dari suku Uighur, menunjukkan kebijakan yang dilakukan tampaknya dilakukan secara sistematis.
Sebelumnya sudah diberitakan adanya perempuan dari suku Uighur yang berbicara mengenai program pembatasan kelahiran yang harus mereka lakukan.
Program yang sudah berlangsung selama empat tahun terakhir di kawasan Xinjiang, menurut beberapa pakar adalah bentuk "pembantaian secara demografi".
Data dan wawancara yang dilakukan menunjukkan pihak berwenang berulang kali memaksa perempuan suku Uighur untuk melaporkan kehamilan, memaksa penggunaan alat KB seperti IUD, sterilisasi, bahkan pengguguran kandungan.
Jumlah mereka yang dipaksa menjalankan program ini diperkirakan ratusan ribu orang.
"Ratusan ribu mungkin perkiraan yang sedikit, karena ada 15 juta warga keturunan minoritas di Xinjiang," kata peneliti asal Jerman Adrian Zenz, yang melakukan penelitian dan diterbitkan lembaga 'James Foundation' di Washington, pekan ini.
People line up at a so-called vocational skills education centre, surrounded by a barbed wire fence, in Xinjiang.
Tindakan seperti penahanan di penjara dan kamp, seperti di Artux ini menjadi hukuman karena memiliki anak terlalu banyak. (Reuters: Ben Blanchard)


"Tuhan menitipkan anak kepada kita. Mencegah seseorang memiliki anak adalah hal yang salah," kata Omirzakh sambil berlinang air mata saat mengenang pemasangan paksa IUD.
"Mereka hendak menghancurkan kami sebagai warga."
Menurut AP, hasil dari kampanye pembatasan kelahiran adalah perasaan tertekan di kalangan warga Uighur mengenai kemungkinan memiliki anak.
Di tahun 2014, hanya sekitar 240 ribu pemasangan IUD di Xinjiang.
Di tahun 2018 angka naik sekitar 60 persen, mendekati angka 330 ribu pemasangan IUD.
Padahal dalam waktu yang bersamaan, penggunaan IUD menurun di China dan banyak perempuan mulai melepaskan IUD.
Menurut data dari pemerintah China, angka kelahiran di dua kawasan utama penduduk Uighur, yakni Hotan dan Kashgar, turun sebesar 60 persen dari tahun 2015 ke tahun 2018.
Di seluruh kawasan Xinjiang, angka kelahiran juga menurun, dari sebelumnya 24 persen di tahun lalu menjadi 4,2 persen secara keseluruhan.
Menurut penelitian Adrian Zenz, dana ratusan juta dolar miliki pemerintah China yang digunakan untuk membatasi kelahiran telah membuat Xinjiang berubah, dari salah satu kawasan dengan pertumbuhan terbesar menjadi salah satu yang paling lambat dalam waktu beberapa tahun saja.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Michael Pompeo dalam pernyataannya mengecam kebijakan tersebut.
"Dunia menerima laporan yang terasa mengganggu hari ini bahwa Partai Komunis China menggunakan sterilisasi paksa, aborsi paksa dan program pembatasan kelahiran paksa terhadap wara Uighur dan kelompok minoritas lain di Xinjiang sebagai bagian dari kampanye penindasan yang terus berlanjut," kata Pompeo.
"Kami menyerukan kepada Partai Komunis China untuk segera menghentikan praktek mengerikan ini dan menyerukan kepada seluruh negara untuk bergabung bersama Amerika Serikat mendesak penghentikan tindakan tidak beerperikemanusiaan tersebut."

Sumber: market.bisnis
PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment