Monday, January 23, 2023

Sosok Pemilik JD.ID yang Baru Tutup Layanan JDL Express Indonesia | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo  -   JD.ID baru saja menutup atau menonaktifkan layanan logistiknya, JDL Express Indonesia per 22 Januari 2023. Sebelumnya, per Desember 2022, JD.ID sempat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 30% pegawai atau sekitar 200-an pegawai.

Hal itu dilakukan untuk menjawab tantangan perubahan bisnis yang begitu cepat berubah serta sebagai langkah adaptasi perusahaan.

Baru melakukan PHK lalu sekarang menutup layanan JDL Express Indonesia, siapa sebenarnya pemilik JD.ID?

Menurut catatan detikcom, JD.ID pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015. JD.ID merupakan perusahaan joint venture dari JD.com, raksasa e-commerce terbesar asal China, bersama dengan perusahaan Singapura, Provident Capital Partners.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Provident bukan nama baru di industri private equity atau perusahaan investasi. Di Indonesia, Provident Capital memiliki beberapa portofolio investasi.

Portofolio Provident Capital di Indonesia termasuk Tower Bersama Group, Merdeka Copper Gold, Provident Agro,JD.ID, dan Provident Biofuels. Tiga perusahaan yang disebut pertama ini adalah emiten di Bursa Efek Indonesia dan masuk grup Saratoga, yang didirikan Edwin Soeryadjaja dan Sandiaga S. Uno.

Provident Capital juga terlibat dalam pendanaan fase pertama dari putaran pendanaan Seri F Gojek yang dipimpin oleh Google, JD.com, dan Tencent, serta beberapa investor lainnya termasuk Mitsubishi Corporation pada 2019 lalu.

Adapun sosok di belakang Provident ini ialah Winato Kartono, yang kini menjabat Komisaris Utama Provident Agro sejak tahun 2012.

Winato adalah pemegang saham utama PT Provident Capital Indonesia yang sejak awal mula adalah pemilik utama Provident. Selain itu, Winato diketahui juga menjabat sebagai komisaris pada anak-anak usaha Provident dan komisaris Tower Bersama Infrastructure.

Winato sendiri pada 2013 lalu sempat masuk 50 orang terkaya di Indonesia (urutan 46) versi Forbes dengan kekayaan sekitar US$ 590 juta.

Adapun latar belakangnya sekitar 8 tahun bergabung dengan Citigroup dengan jabatan terakhir sebagai Head of Investment Banking di Indonesia untuk Citigroup Global Markets (1996-2004), membuat Winato punya jaringan amat luas di dunia investasi dan M&A (merger dan akuisisi).

Banyak klien penting dipegangnya ketika itu di antaranya Telkom, Telekom Malaysia, Kumpulan Guthrie Berhad, Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd, L'Oreal, Nestle, dan Heinz. Bersama Saratoga, Winato memegang saham mayoritas di Merdeka Copper.

Sementara itu, pendiri JD.com adalah Liu Qiangdong atau biasa dikenal dengan Richard Liu. Ia lahir pada 10 Maret 1973 di sebuah desa kecil di wilayah luar Suqian, China.

Dikutip dari situs resmi JD.ID, Liu merupakan Sarjana lulusan Universitas Renmin di Beijing. Kala itu ia mengambil jurusan sosiologi sembari mempelajari pemrograman komputer secara otodidak. Selain itu, ia juga memperoleh gelar EMBA dari Chinese Europe International Business School.

Setelah lulus, ia bekerja di sebuah perusahaan produsen suplemen herbal bernama Japan Life. Selama dua tahun berkarir di perusahaan tersebut, Liu memperoleh jabatan sebagai Direktur Komputer dan Layanan. Namun, ia keluar dari perusahaan tersebut untuk memulai bisnisnya sendiri.

Liu mendirikan JD.com pada 1998 dengan nama Jingdong. Pada awalnya, bisnis usaha yang dilakukan adalah menjual mesin penggerak magneto-optical. Jingdong memiliki toko fisik dengan bangunan seluas 4 meter persegi di salah satu pusat perbelanjaan produk teknologi di Beijing, Zhongguancun.

Setelah lima tahun beroperasi, bisnis Liu mengalami lompatan besar pada tahun 2003. Ia bahkan memiliki 12 toko fisik pada saat itu. Namun, pada tahun yang sama terjadi pandemi SARS di China yang memengaruhi bisnisnya.

Meski demikian, ia tak kehabisan akal untuk mencari solusi yang tak hanya menyelamatkan bisnisnya, tetapi juga menyediakan pelayanan baru yang membantu masyarakat China untuk dapat berbelanja dari rumahnya masing-maisng. Pandemi tersebut membuat Liu mengubah bisnisnya menjadi bisnis online di dunia e-commerce. Pada tahun 2004, Jingdong berubah menjadi JD.com dan pada tahun 2005, Liu menutup semua tokonya untuk fokus pada bisnis e-commerce-nya.

Dengan kesuksesan JD.com yang cepat, Liu memperluas perusahaan dengan menawarkan berbagai produk, seperti produk segar, mainan, pakaian, elektronik, dan lainnya. Orang-orang China semakin mencintai dan mempercayai merek JD karena komitmennya terhadap kualitas. Sejak awal, Liu tidak mentolerir pemalsuan barang dan berkonsentrasi untuk memastikan pengiriman yang cepat.

Saat ini, Liu tengah mengarahkan JD untuk membentuk kemitraan strategis dengan WeChat, Walmart, dan Google - memajukan jangkauan global brand dari JD. Selain itu, Liu juga berhasil memimpin JD menjadi IPO terbesar dari perusahaan China di Amerika Serikat pada saat mulai diperdagangkan di NASDAQ.


Sumber : 

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment