Friday, February 24, 2023

Gegara Perang Rusia-Ukraina, Kripto Hancur Lebur | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo  -  Sudah setahun perang antara Rusia dengan Ukraina berlangsung, di mana tepat pada hari ini, Jumat (24/2/2023), perang antar keduanya pun pecah.

Hingga kini, belum ada tanda-tanda perang akan segera berakhir, justru semakin tereskalasi hingga muncul isu perang nuklir.

Lanskap perekonomian menjadi berubah drastis sejak perang meletus. Inflasi di berbagai negara yang mulai naik langsung meninggi akibat krisis energi. Harga minyak mentah, batu bara hingga gas alam meroket gila-gilaan.

Inflasi yang meninggi membuat bank sentral di hampir seluruh dunia, terutama negara-negara maju yang sebelumnya bersikap dovish, langsung berubah menjadi hawkish. Mereka pun menaikkan suku bunga dengan alasan untuk menjinakan inflasi.

Tak hanya itu saja, perang Rusia-Ukraina pun mengubah pandangan investasi banyak orang, di mana sebelumnya banyak orang yang memburu aset berisiko, setelah adanya perang mereka cenderung bermain aman dengan berinvestasi di aset safe haven.

Adapun salah satu aset berisiko yang ikut terdampak secara tidak langsung dari perang Rusia-Ukraina yakni kripto.

Beberapa bulan sebelum perang terjadi, tepatnya menjelang akhir tahun 2021, pasar kripto masih banyak dilirik oleh investor, hingga membuat 'hype' dan berhasil mencetak rekor tertingginya (all time high/ATH) baru, terutama di Bitcoin dan Ethereum.

Namun, posisi kripto yang bergairah di 2021 kemudian berbalik merana di 2022. Sejatinya, pasar kripto mulai membentuk tren bearish sebelum perang terjadi, karena pasar sudah memprediksi bahwa inflasi beserta suku bunga akan menjadi sentimen negatif bagi kripto.

Tetapi, pasar saat itu tidak mengira bahwa akan ada perang, sehingga tren bearish kripto di awal tahun 2022 tidak seperti kondisi yang sebenarnya, di mana investor cenderung memprediksi bahwa kripto hanya lesu tidak terlalu besar.

Namun nyatanya, prediksi pasar meleset dan justru lebih parah yang diduga sebelumnya, di mana akibat dampak tidak langsung dari perang, kondisi kripto seakan berbanding terbalik di 2021, yakni terpuruk hingga nyaris menyentuh all time low (ATL).

Perang Rusia-Ukraina membuat inflasi semakin meninggi dan membuat bank sentral memperkuat sikap hawkish-nya. Hal ini tentunya menjadi katalis negatif bagi kripto.

Apalagi, kekhawatiran pasar akan efek domino dari perang pun turut mempengaruhi psikologis pasar di kripto. Alhasil, banyak orang yang melakukan penarikan dana secara besar-besaran (bankrun) yang menyebabkan adanya permasalahan likuiditas yang harus dihadapi oleh perusahaan kripto.

Kejadian penarikan dana besar-besaran di kripto membuat beberapa kripto yang sebelumnya cukup eksis, menjadi tidak berdaya karena perusahaan tak mampu memenuhi kewajiban para investor.

Hal inilah yang terjadi di Terra Luna (Terraforms Labs), di mana koin andalannya yakni Terra Luna dan Terra USD pun ambruk parah pada Mei 2022, setelah beberapa bulan sebelumnya sempat menjadi salah satu kripto 'primadona'.

Kejatuhan koin Terra pun membuat Bitcoin dan Ethereum makin merana dan juga makin menjauhi level ATH terakhirnya yang terbentuk pada November 2021.

Kasus Terra bukanlah yang terakhir, masih banyak kejadian kelam di kripto setelah kejadian Terra, mulai dari bangkrutnya hedge fund kripto Celsius Network, Three Arrows Capital (3AC), hingga terakhir yakni kejatuhan FTX, bursa kripto terbesar kedua di dunia.

Hingga hari ini, atau tepat satu tahun perang Rusia-Ukraina terjadi, pasar kripto juga masih cenderung belum kembali ke level awal 2022.

Di Bitcoin sendiri, meski sudah berhasil ke atas level psikologis US$ 20.000, tetapi belum berhasil menembus level psikologis US$ 30.000. Sedangkan dari level ATH-nya, Bitcoin masih ambruk hingga 65%.

Bitcoin (BTC)Sumber: CoinMarketCap
Bitcoin (BTC)

Sementara di Ethereum, meski kini sudah berada di atas level psikologis US$ 1.500, tetapi hingga hari ini belum berhasil menembus kembali level psikologis US$ 2.000. Adapun dari level ATH-nya, Ethereum masih anjlok 66%.

Ethereum (ETH)Sumber: CoinMarketCap
Ethereum (ETH)

Tak hanya membuat koin-koin kripto ambruk parah, perang Rusia-Ukraina juga membuat investor kini tidak terlalu tertarik lagi untuk mengoleksi aset kripto untuk jangka waktu yang lebih lama.

Apalagi, jika melihat harga Bitcoin dan Ethereum yang masih cenderung sideways, investor semakin kurang melirik kembali aset kripto.

Bahkan di Indonesia, transaksi kripto pada tahun 2022 terpantau turun drastis. Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), transaksi kripto di RI per September 2022 mencapai Rp 260 triliun. Angka ini turun drastis dari periode 2021 yang sebesar Rp 859 triliun.

Di lain sisi, jumlah investor kripto di RI juga menurun di tahun 2022, yakni menjadi 5,46 juta orang. Sedangkan di 2021, jumlah investor di Indonesia mencapai 7,2 juta orang.

Meski begitu, jumlah investor kripto di RI sepanjang 2022 masih lebih banyak ketimbang di pasar modal yang sebanyak 10,31 juta orang.

Pasar kini berharap bahwa perang Rusia-Ukraina segera berakhir, agar kondisi global dapat kembali berjalan normal tanpa ada kekhawatiran lagi dengan krisis yang ditimbulkan akibat naiknya harga-harga.

Di lain sisi, investor kripto juga masih berharap bahwa pasar kripto akan kembali bangkit pada tahun ini, meski kepercayaan mereka terhadap aset kripto tidak sebesar pada tahun 2021 lalu.


Sumber : cnbcindonesia

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment