Monday, August 28, 2023

Dokter Kecantikan Nyemplung ke Bisnis Jamu Kekinian, Omzet Rp 40 Juta/Bulan


Kecintaannya terhadap jamu mengantarkan Agnes Sukenty Niken P menjadi pengusaha yang sukses. Wanita yang berprofesi sebagai dokter kecantikan ini berhasil mengembangkan bisnis jamu kekinian bernama Ing Pawon dengan omzet hingga Rp 40 juta per bulan.

Niken bercerita, ia dan keluarga memang pecinta jamu. Namun, ia merasa jamu yang dibeli di pedagang di Jakarta rasanya kurang pas.

Ia pun mencoba membuat jamu sendiri. Diakuinya, jamu buatannya awalnya kurang enak. Ia mencoba berkali-kali hingga menemukan rasa yang pas.

Tahun 2017 menjadi tahun yang penting bagi Niken sebelum benar-benar memulai bisnis. Niken mengatakan, kerap membuat jamu dalam jumlah banyak. Karena banyak, ia pun kerap membagikannya kepada orang lain ketika menunggu anak pulang sekolah.

"Dulu waktu nunggu antar jemput, ibu-ibu nunggu ruang tunggu, terus ngobrol-ngobrol, jadi saya suka bawain aja, karena kalau bikin banyak banget. Saya bagi-bagi mereka," katanya kepada detikcom belum lama ini, ditulis Senin (28/8/2023).

Kegiatan 'bagi-bagi' jamu itu pun berjalan rutin hingga akhirnya orang yang mendapat jamu itu menjadi tidak enak. Akhirnya, Niken menerima pembayaran berapapun dari orang yang ia berikan jamu tersebut.

Dari situ, ide bisnis pun muncul. Niken mulanya berpikir untuk menjual jamu dalam kemasan plastik. Namun, ia merasa menjual jamu dalam kemasan plastik kurang pantas.

Agnes Sukenty Niken P Foto: Dok. Ing Pawon


Niken lantas mencari botol untuk menjual jamu tersebut. Ia pun juga meminta suaminya untuk membuat stiker sebagai tanda jamu produksinya. Meski begitu, sang suami tak lantas menyetujui. Sang suami memberikan sebuah tantangan di mana dalam 3 bulan mesti terjual 1.000 botol sebagai tanda apakah jamu itu diterima konsumen.

"Itu sebulan habis itu 1.000. Sebulan lebih dikit. Habis itu baru deh kita kasih nama," katanya.

Tahun 2018 Niken benar-benar memulai bisnisnya dan melengkapi izin hingga tahun 2020 sudah berbadan hukum PT. Tahun 2022, pihaknya telah mendapat sertifikasi TKDN dan BPOM.

Ia mengaku, modal yang dikucurkan di awal bisnis mencapai Rp 20 juta. Sebagian besar modal itu digunakan untuk merenovasi tempat produksi dan peralatan.

"Renov sekitar Rp 10 juta, alat-alatnya bisa sekitar Rp 7 jutaan ya buat beli peralatannya, bahan-bahan bakunya nggak terlalu mahal ya," katanya.

Ketika masa awal membangun bisnis, produksi jamu Niken hanya mengikuti pesanan. Kegiatan produksi ini juga berbagi waktu dengan kegiatan praktiknya sebagai dokter. Biasanya, produksi dilakukan di akhir pekan ketika ia tidak praktik.

Seiring berjalannya waktu, bisnisnya pun berkembang. Dalam memasarkan produknya, Niken menitipkan jamunya ke toko-toko ritel dan ke horeka. Selain itu, ia juga memasarkan produk ke toko online. Di toko online, ia juga mendapatkan reseller.

Jamu yang diproduksi di Griya Ing Pawon, Kramat Jati, Jakarta Timur ini terdiri dari beberapa varian. Ada dalam bentuk bubuk, sirup, ready to drink dan celup. Harganya pun variatif dari Rp 15 ribu hingga paling mahal Rp 55 ribu.

Niken mengaku, dalam sebulan ia bisa menerima omzet antara Rp 30 hingga Rp 40 juta. "Omzet sebulan Rp 30-40 juta bisalah, tergantung juga, nggak mesti," katanya.

Ketika pandemi COVID-19, Niken mengaku tidak menjalankan praktik dokternya sementara. Ia juga fokus mengurus anak. Ia sendiri ingin kembali menjalankan praktik ketika sudah yang bisa membantunya menangani bisnis.

"Nanti akan praktik lagi, sampai ini bisa dilepas deh, sampai settle, sudah ada yang bantuin handle saya praktik lagi sih memang," ujarnya.

Sumber : Finance.detik

No comments:

Post a Comment